Seorang penulis buku, menulis buku. Diterbitkan oleh penerbit. Dan dipasarkan melalui perdagangan yang dikenal umum yaitu Toko Buku. Setelah buku itu diterbitkan, si penulis buku ini diberitahu, bahwa bukunya sudah ada di toko2 buku. Utamanya di toko2 buku besar.
Maenlah dia ke toko buku besar di kotanya. Apa daya, “sistem” toko buku, tidak mengenali penulis buku. Ia hanya mengenali pembeli buku. Pembeli yang “dikenali” pun, hanya yang benar2 beli, dan bayar. Yang hanya liat2, apalagi yang buka2 plastik, malahan ditegor.
Jika si toko buku tidak punya sistem Customer Service yang excellent, maka benar2 hanya pembeli yang beli buku, yang niscaya bakal diwongke.
Diwongke tuh maksudnya, diorangkan. Disenyumi, diterimakasihi, dilayani.
Si penulis melihat2 bukunya, membolak2in bukunya, senyumnya berkembang. Alhamdulillaah, buku saya terbit, katanya dalam hati.
Seorang pelayan melihatnya. “Ga jadi beli Pak?” Kata pelayan itu, sambil berusaha senyum.
Jawab si penulis, “Oh engga. Saya yang nulis koq malahan.”
Jawaban si pelayan, “Ooooohhh… Bapak yang nulis…”.
Segitu doang. Bener2 segitu doang. Ga lebih. Ga ada tawaran teh manis bagi penulis buku. Sebagai ungkapan terima kasih, sbb….. Sbb dengan izin Allah, buku2 penulis lah yang membuat pelayan itu bisa kerja, toko bisa buka. Tapi itulah… Si penulis itu ga dikenal oleh sistem jual beli biasa. Aapalagi 1 toko yang merasa diperlukan, bukan dia yang diperlukan.
Beruntung, alhamdulillaah, mayoritas penulis buku, ikhlas2. Mereka menulis untuk Allah. Dan menulis untuk menulis. Tidak berharap lebih.
Episode berikutnya, seorang pembeli. Ini seorang pembeli. Bukan lagi penulis. Ini pembeli.
Ada orang yang membeli buku si penulis tsb. Dan ternyata bagus. Dia senang bacanya. Bahkan dia referensikan kepada yang lain.
Dia aja ketika beli, ga dapat diskon. Kecuali “seadanya”. Aapalagi ketika “merefrensikan”. Tambah ga bakal dapat apa2 dari transaksi itu.
Memang penulis dapat royalti. Tapi itu dari penerbit. Dari percetakannya. Bukan dari toko buku. Semakin banyak yang terjual, akan semakin banyak royalti yang didapat. Tp ini tetap ga akan sebanding dengan “pendapatan” toko buku. Penulis biasanya dapat royalti 5-10% dari harga buku kotor. Sedang toko buku, dapat 40-50%. Agen2 kecil bisa dapat 20-30%.
Suatu hari, ia bahkan bukan cuma mempromosikan. Tapi mengajak kawannya ke toko buku besar. “Yuk, saya temenin beli buku saya…”
Sampe di kasir, ia yang nemani, ga beli, berdiri sejajar dengan kawannya yang pegang buku dan mau bayar. Posisinya, jelas bukan ngantri. Si penulis buku ini, yang mempromosikan, yang mereferensikan, bahkan nemani sampe ke kasir, malah ditegor kasir…
Apa kata kasir? “Pak, ngantri ya, maaf.” He he he, disangkanya, nyela. Padahal nemenin.
Begitulah. Sistem toko biasa, seperti toko buku tidak mengenal “terima kasih”. Apalagi bagi2 bonus, buat yang mereferensikan.
Beda dengan MLM. Beda dengan Multi Level Marketing. Beda konsep dan prinsip. Dibanding penjualan retail, yang kadang dikuasi grup besar. Dan dunia retail pun, sudah terkuasai pula oleh segelintir grup besar saja. Pasar yang demikian banyak, besar, jadi sekedar pasar.
Bukan pelaku. Tidak diajak ikut mencicipi. Seperti kasus penulis dan pembeli yang merefrensikan tadi.
Sayang, banyak MLM bodong. Yang memanfaatkan situasi dan keadaan. Padahal sesungguhnya ia Money Game. Gak lebih dari sekedar penipu. Kalo benar ia MLM murni, maka ia akan menguntungkan, mensejahterakan, memberi manfaat, di semua jenjangnya. Ga ada yang cuma jadi korban.
Bahkan, ketika membernya hanya member, ia akan mendapatkan banyak kemudahan mendapatkan produk.
Dunia MLM banyak cacat dengan kehadiran MLM money game. Tanpa ikhtiar, tanpa kerja. Hanya rayuan belaka.
Dari tweet contoh hari ini, andai buku tsb di-MLM-kan, maka kisahnya ga akan jadi begitu. Tapi syaratnya, ya MLM yang benar.
Sebenarnya, MLM itu sederhana. Pay-out/rabat, yang diberikan ke toko buku tsb, misal 40-50% tadi, dijadikan sistem berjenjang. Sekedar mereferensikan saja, apalagi bisa jadi stokis, jadi agen, maka ia akan dapat bahagian dari rabat yang tadinya “hanya” didapat oleh 1 toko saja.
Tentu ada pro kontra. Dan itu ya wajar saja. Bukan saja awal Ramadhan, dan Lebaran, he he he. Di banyak hal, banyak emang perbedaan. Karena itu, saya santai aja ketika memutuskan mendirikan, dan mengembangkan MLM e-Miracle. Air Miracle. Air kesehatan.
Ini bukan miracle yang selebaran loh ya. Itu mah penipuan. Ini saya produksi air kesehatan. Dengan izin Allah, jadi obat dan menjaga kesehatan. Sistem penjualannya, saya bikin berjenjang, dengan sistem MLM. Saya punya pandangan dan dasar prinsip yang berbeda. It’s not a moneygame.
Maka ketika pula saya munculin MLM lain, yang bergerak di bidang payment, yakni PayTren, saya pun tetap pada pendirian saya.
Sekarang, dunia pembayaran2/payment, listrik, dll, dah keliatan, ditelen pula oleh grup retail besar. Ga kebagian dah kita mah.
Belum lama, ada seorang ustadz cerita. Dia ngantri di loket kereta api. Bahkan di customer service. Ga dapat tiket. Disarankan untuk beli di salah 1 toko ritel. Eh, hanya beberapa menit, dapet. Langsungg diprint. Luar biasa.
PayTren, MLM yang bergerak di bidang payment. Semua orang bisa jadi agen pembayaran. Hanya dengan gadget yang dia pegang dan punya.
Keuntungan yang saya dapat, dari porsi persentasi yang didapat dari pembayaran2 tsb, itu yang saya MLM-kan. Jd pendapatan berjenjang.
Baik e-Miracle, maupun PayTren, bukan money game. Saya mencoba menjalankan MLM yang benar, yang lurus, yang ga maen2 dan bercanda.
Sekali lagi, kawan2 boleh berbeda pendapat. Fastabiqul khairat saja.
Hasil dari MLM e-Miracle, saya wakafkan 100%. Dan saya pengen, semua menikmati potensi jualan air dan macam2 produk kesehatan nantinya. Saya malah berharap, air yang sudah dikuasai asing, bisa direbut kembali. Kalau besar, e-Miracle saya amanahin untuk take-over air asing.
Balik lagi akhirnya soal niat, dan proses. Niat benar, proses benar, kenapa engga?
Benar2, jagan ampe salah di niat dan proses. Kalo perlu, kecap, garam, cabe/bumbu2, beras, sayur, buah, di-MLM-kan. Supaya pasarnya ga dikuasai dan dikendalikan segelintir orang.
Kembali ke buku, sebagai contoh awal produk. Sesungguhnya, penulis, bersama pembaca, bisa menikmati juga semua potensi ekonominya.
Apalagi bisnis2 yang sekarang ini telanjang diliat oleh mata, dikuasai benar oleh segelintir saja. Bangsa Indonesia, jadi pekerja saja. Tidak ikut menikmati potensi keuntungan, dan potensi ekonomi. Bahkan tidak jarang, dunia retail, nginjek2 supplier.
Bikin dah dari hulu ke hilirnya. Mulai dari proses tanam, hingga jual, MLM punya. Allahu akbar dah kalo emang benar jadi. MLM yang baik, ga akan nambah beban ke pembeli. Yang di-pay-out-kan, memang keuntungan yang wajar. Seperti contoh buku tadi, bila dijadikan MLM.
Dunia MLM juga, dunia silaturahim, belajar, mengajar, saling membesarkan. Bukan antara penjual dan pembeli, yang kering tanpa ruh.
SEGERA PASANG POSISI
HP/WHATSAPP: 085736673456
PIN BBM: 25C64A43
Minggu, 03 Mei 2015
Motivasi dari Ustadz Yusuf Mansur untuk Mitra PayTren (dulu VSI)
1. Ada pengusaha yang tipenya: beresin dulu 1 perusahaan, selesaikan dulu 1 opportuniti yang didapat. Baru melangkah ke yang lain.
2. Tapi ada pengusaha yang mengintip banyak peluang, dan menjalankan banyak bisnis tanpa nunggu beres. Tentu ini punya potensi masalah.
3. Tapi pengusaha tipe ini punya alasan yang rasional. Di antaranya, udah punya misi, visi, goal, roadmap, garis, arah, yang jelas, go...
4. Saya termasuk "pengusaha" (he he, dikasih tanda kutip, sbb ga asli pengusaha, ha ha ha, baru belajar saja), yang tipe kedua tadi.
5. Benerin by doing. Bahkan di urusan pesantren. Jalan aja dulu. Benerin by doing...
6. Paling tidak, udah ndiriin tiang, untuk siap2 ngibarin bendera, walo benderanya masih belum ada, hehe. Kalau tidak, maka yang lain, yang nancepin.
7. Konsistensi perbaikan, komitmen akan penyempurnaan, sangat dituntut buat pengusaha tipe kedua.
8. Saya termasuk yang paling tidak suka menunggu. Prinsip jalan dulu, benerin by doing, dibalut dengan bismillaah, dan kawalan doa2 dan sedekah.
9. PayTren (dulu VSI), e-Miracle (enterpreneur-miracle dengan produk miraclewaternya), punya karakter ini. Saya bilang ke kawan2, masuk dulu. Jalan dulu.
10. Tentu jalanya terpontal pontal. But percaya me... After that, jungkir balik, he he. Ya, mana ada yg mudah? Aapalagi masa2 set-up?
11. Jangankan tipe pengusaha kedua. Tipe pengusaha 1 pun demikian. So, daripada banyak nunggu banyak mikir, seru, masuk aja, jalan aja.
12. Istilah kawan saya, pengusaha muda, yang jagoan dhuha, jagoan puasa, jagoan sedekah, masuk aja. Beberapa langkah, aturin ke depannya.
13. Udah keliatan ujungnya, walo baru nyebur beberapa langkah, beberapa persen, intip peluang lain, ambil, dan jalankan.
14. Opportuniti dan bisnis yang dah dijalankan, walo itungannya baru dibuka, amanahkan kepada profesional, untuk disempurnakan.
15. Menurut kawan saya ini, itu namanya pengusaha. Jadi, boleh dibilang, amanin kapling dulu. Nah, supaya ga jadi kapitalis, gimana?
15. Simpelnya, jangan pikirin buat sendiri aja. Share opportuniti dan bisnis itu, kepada yang lain. Bukan saja kepada profesional, tapi juga ke kawan2.
15. Kemudian nanti hasilnya, jelas dibagi2 lagi buat Allah, Pemilik Tunggal semua bisnis, dan hamba2Nya. InsyaAllah ga diitung serakah.
15. Tapi bila sodara memilih tipe pengusaha yang I, ya gapapa juga. Mungkin filosofi jawa, alon2 asal kelakon. Gapapa. 1 tapi besar, keren juga.
15. Liat nomor twit ini. 15 terus ya? Ya kayak gitu. Ga jalan2, padahal sebenarnya jalan, he he he.
15. Buat kawan2 yang dah ikutan PayTren (dulu VSI) dan e-Miracle, selamat ya. Bersama2 kita sempurnakan bisnis ini. Yang bolong2, kita tambel daaaahhh...
15. Begitu juga pesantren daqu, tentu banyak sekali kekurangan. Toilet, makan, asrama, tempat tidur, dll. Namun, ya liat TL dah.
15. Rumah2 tahfidz kawan2 juga demikian. Jangan nunggu semua sempurna. Buka, buka lagi, buka terus. Di mana2. Tapi susun tim.
15. Tim2 kecil di setiap rumah tahfidz, di tiap2 departemen, di tiap2 bisnis, atau organisasi, dorong untu tumbuh berkembang sempurna.
15. Benerin by doing... Met beraktifitas, salam sama keluarga. Tolong doain selalu buat yusufmansur & keluarga. Doa saya juga untuk semua.
16. Saran saya, jika sodara ga siap komplenan, he he, ga siap cacian, ga terlalu mobile, demennya ngetem, ga bisa nyari dan dapat tim... -->
17. Maka, membangun 1 usaha, lalu menuntaskannya, meski ber-tahun2, bahkan ber-belas tahun, that's baiker for you. Baik, baiker, baikest.
18. Apalagi ga suka jatuh bangun, kurang suka tantangan, ga kuat mental, mewekan, cengengan, terlampau sabar, he he. Lebih baik 1 usaha saja.
19. Itu pun, jika role-modelnya dah ketemu, umumnya, di tahun ke-7, 8, 9, 10, kadang bisa juga langsung go nasional. Sebab dah bertambah ilmu dan pengalaman.
20. Tipe pengusaha yang manapun yang sodara/i ambil, yang sodara/i pilih, berdasarkan passion, style, gaya, karakter sodara/i, selamat berusaha. Didoakan.
21. Yang ga benar adalah mereka yang ga mau ambil resiko sama sekali. Buat yang begini, saya kasih tau, tidur aja, ada resiko kecetit koq.
22. Semoga twit ini bermanfaat ya. Sekali lagi, mohon doa untuk Yusuf Mansur dan keluarga ya. Doain PayTren, e-Miracle, pesantren, dan rumah2 tahfidz.
23. Makasih ya... It's nice sharing tentang benering by doing... I'm jadi belajaring too...
24. Nambah 1 twit deh... Seindah2nya tempat tujuan liburan, ya pasti sebentar doangan. Tapi surga, dengan segala keindahnnya, ABADI. Subhaanallaah.
25. Eh eh eh, nambah lagi deh, 1. Minta doa buat kepulangan ke Jakarta ya. Semoga dengan doa kawna2 selamat sampe rumah, aamiin. Love u all..
Dikutip dari kultwit Ustadz Yusuf Mansur tahun 2014
SEGERA PASANG POSISI saya siap membantu...
HP/WHATSAPP: 085736673456
PIN BBM: 25C64A43
2. Tapi ada pengusaha yang mengintip banyak peluang, dan menjalankan banyak bisnis tanpa nunggu beres. Tentu ini punya potensi masalah.
3. Tapi pengusaha tipe ini punya alasan yang rasional. Di antaranya, udah punya misi, visi, goal, roadmap, garis, arah, yang jelas, go...
4. Saya termasuk "pengusaha" (he he, dikasih tanda kutip, sbb ga asli pengusaha, ha ha ha, baru belajar saja), yang tipe kedua tadi.
5. Benerin by doing. Bahkan di urusan pesantren. Jalan aja dulu. Benerin by doing...
6. Paling tidak, udah ndiriin tiang, untuk siap2 ngibarin bendera, walo benderanya masih belum ada, hehe. Kalau tidak, maka yang lain, yang nancepin.
7. Konsistensi perbaikan, komitmen akan penyempurnaan, sangat dituntut buat pengusaha tipe kedua.
8. Saya termasuk yang paling tidak suka menunggu. Prinsip jalan dulu, benerin by doing, dibalut dengan bismillaah, dan kawalan doa2 dan sedekah.
9. PayTren (dulu VSI), e-Miracle (enterpreneur-miracle dengan produk miraclewaternya), punya karakter ini. Saya bilang ke kawan2, masuk dulu. Jalan dulu.
10. Tentu jalanya terpontal pontal. But percaya me... After that, jungkir balik, he he. Ya, mana ada yg mudah? Aapalagi masa2 set-up?
11. Jangankan tipe pengusaha kedua. Tipe pengusaha 1 pun demikian. So, daripada banyak nunggu banyak mikir, seru, masuk aja, jalan aja.
12. Istilah kawan saya, pengusaha muda, yang jagoan dhuha, jagoan puasa, jagoan sedekah, masuk aja. Beberapa langkah, aturin ke depannya.
13. Udah keliatan ujungnya, walo baru nyebur beberapa langkah, beberapa persen, intip peluang lain, ambil, dan jalankan.
14. Opportuniti dan bisnis yang dah dijalankan, walo itungannya baru dibuka, amanahkan kepada profesional, untuk disempurnakan.
15. Menurut kawan saya ini, itu namanya pengusaha. Jadi, boleh dibilang, amanin kapling dulu. Nah, supaya ga jadi kapitalis, gimana?
15. Simpelnya, jangan pikirin buat sendiri aja. Share opportuniti dan bisnis itu, kepada yang lain. Bukan saja kepada profesional, tapi juga ke kawan2.
15. Kemudian nanti hasilnya, jelas dibagi2 lagi buat Allah, Pemilik Tunggal semua bisnis, dan hamba2Nya. InsyaAllah ga diitung serakah.
15. Tapi bila sodara memilih tipe pengusaha yang I, ya gapapa juga. Mungkin filosofi jawa, alon2 asal kelakon. Gapapa. 1 tapi besar, keren juga.
15. Liat nomor twit ini. 15 terus ya? Ya kayak gitu. Ga jalan2, padahal sebenarnya jalan, he he he.
15. Buat kawan2 yang dah ikutan PayTren (dulu VSI) dan e-Miracle, selamat ya. Bersama2 kita sempurnakan bisnis ini. Yang bolong2, kita tambel daaaahhh...
15. Begitu juga pesantren daqu, tentu banyak sekali kekurangan. Toilet, makan, asrama, tempat tidur, dll. Namun, ya liat TL dah.
15. Rumah2 tahfidz kawan2 juga demikian. Jangan nunggu semua sempurna. Buka, buka lagi, buka terus. Di mana2. Tapi susun tim.
15. Tim2 kecil di setiap rumah tahfidz, di tiap2 departemen, di tiap2 bisnis, atau organisasi, dorong untu tumbuh berkembang sempurna.
15. Benerin by doing... Met beraktifitas, salam sama keluarga. Tolong doain selalu buat yusufmansur & keluarga. Doa saya juga untuk semua.
16. Saran saya, jika sodara ga siap komplenan, he he, ga siap cacian, ga terlalu mobile, demennya ngetem, ga bisa nyari dan dapat tim... -->
17. Maka, membangun 1 usaha, lalu menuntaskannya, meski ber-tahun2, bahkan ber-belas tahun, that's baiker for you. Baik, baiker, baikest.
18. Apalagi ga suka jatuh bangun, kurang suka tantangan, ga kuat mental, mewekan, cengengan, terlampau sabar, he he. Lebih baik 1 usaha saja.
19. Itu pun, jika role-modelnya dah ketemu, umumnya, di tahun ke-7, 8, 9, 10, kadang bisa juga langsung go nasional. Sebab dah bertambah ilmu dan pengalaman.
20. Tipe pengusaha yang manapun yang sodara/i ambil, yang sodara/i pilih, berdasarkan passion, style, gaya, karakter sodara/i, selamat berusaha. Didoakan.
21. Yang ga benar adalah mereka yang ga mau ambil resiko sama sekali. Buat yang begini, saya kasih tau, tidur aja, ada resiko kecetit koq.
22. Semoga twit ini bermanfaat ya. Sekali lagi, mohon doa untuk Yusuf Mansur dan keluarga ya. Doain PayTren, e-Miracle, pesantren, dan rumah2 tahfidz.
23. Makasih ya... It's nice sharing tentang benering by doing... I'm jadi belajaring too...
24. Nambah 1 twit deh... Seindah2nya tempat tujuan liburan, ya pasti sebentar doangan. Tapi surga, dengan segala keindahnnya, ABADI. Subhaanallaah.
25. Eh eh eh, nambah lagi deh, 1. Minta doa buat kepulangan ke Jakarta ya. Semoga dengan doa kawna2 selamat sampe rumah, aamiin. Love u all..
Dikutip dari kultwit Ustadz Yusuf Mansur tahun 2014
SEGERA PASANG POSISI saya siap membantu...
HP/WHATSAPP: 085736673456
PIN BBM: 25C64A43
Jangan ikut paytren
Maaf nih nyelang. Mau bicara sedikit tentang PayTren (dulu VSI).
Semua orang insyaa Allah bayar listrik dan pulsa, juga bayar2 yang lain. Saat bayar, keluar biaya admin, ongkos, dll. Jumlahnya ga sedikit. Apalagi berlangsung seumur hidup. Jika dikalikan jumlah biaya admin dan ongkos, fantastis untuk kebutuhan bayar listrik dan pulsa hp.
Kalangan perbankan, minimarket2, peritel2, dan pelayan konvensional jasa pembayaran2 ini, benar2 banyak. Mereka menawarkan kemudahan dan hadiah2. Saya melihat peluang ini. Bagaimana kemudian pengeluaran jadi sumber pendapatan. Yang tadi nya cuma admin. Sekarang jadi peluang. Sebab ada cashbacknya.
kalo anda tidak melakukan pembayaran2 di atas maka saya sarankan jangan ikut paytren, tapi kalo anda sama dengan saya dan 500.000 orang lainnya maka pilihan anda untuk bergabung dengan paytren tidak salah.
Saya justru menshare keuntungan yang saya dapat dari fee transaksi. Sehingga ibu2 rumah tangga, dan seluruh pemakai listrik dan pulsa hp bisa dapat cashback, di stiap transaksinya. Pake aja Yahoo Mesenger/sms gratis. Buat apa? Buat melakukan transaksinya. Sekalian jadi bisnis rumahan, atau kelasan, atau kampusan, bagi pelajar dan mahasiswa.
Setiap ada peluang, pelajari dulu, dengan hati adem, pikiran tenang. Sehingga ga ada su-udzdzannya.
Pendaftaran jadi anggota PayTren (dulu VSI), untuk bisa menjalankan bisnis ini, baik untuk dirinya sendiri (buat pembayaran2 dia sendiri), ato untuk orang lain, 275rb (dulu tahun 2013 & 2014. Skrg 350rb berlaku seumur hidup & bisa diwariskan).
Dari pendaftaran itu, anggap aja sewa kios, beli meja, buat gaji orang dll, jadi ga ada. Sebab untuk buka pembayaran loket dan pulsa, itu mahal. Dengan PayTren, jadi murah. Dan yang dibeli itu, ya wajar. Kesempatan investasi dan usaha, +jadiin biaya2 jadi murah. Termasuk start-up bisnisnya.
Kepada istri saya, saya simulasiin, walopun PayTren ini dipakai sendiri, ga ngerekrut anggota lain, udah untung banget.
Biaya admin itu, sebab transaksinya banyak, dan seumur hidup, maka feenya juga jadi gila2an. Belum lagi ongkos dan waktu. Dengan PayTren, alhamdulillaah, semua bisa dilakukan hanya lewat gadget/hp, dari hp terjadul, apalagi hp terbaru.
Fee transaksi, malah diolah jadi cashback dan bonus2. Kalo lewat perbankan, minimarket2, kios2 konvensional, ga ada cashback itu.
Kalo bayarnya bukan lewat PayTren, lewat ATM, bank2, minimarket2, baik bayar listrik/pulsa hp, dapatnya 2M. Apa itu? Makasih Mas. Ato Makasih Mbak. Tapi lewat PayTren, dapat cashback dll.
Demikian penjelasan singkat saya. Selebihnya ya pelajari. Supaya peluang bisnis di bidang fee transaksi ini, ikut dinikmati bersama. Sayang, triliunan rupiah diincar orang, tanpa ada cashback. Sungguh ini malah beda. Jadi ada cashback. Pro kontra biasa. Maju aja. Buktiin.
Maaf, jika sekali2 nyelang buat bisnis. Mohon ridhonya. Mudah2an pada sadar, bahwa saya pengen semua maju dan dapat peluang ini. Dengan jalanin bareng.
Jika kemudian dihitung saya dapat untung, ya saya kira wajar aja. Namanya juga usaha. Masa ga nyari untung. Tapi jika sodara ngasih keuntungan dari ngasih free transaksi ke yg lain, ridho. Giliran ngasih saya, ngamuk2, he he he.
Padahal ketika yang lain, dikasih keuntungan dari fee transaksi, ga bagi2. Saya? PayTren? Bagi2. Hemat ongkos pula. Sebab pake hp/gadget sendiri.
Ketika ngasih keuntungan buat "yang lain", sodara malah ga tau, dan ga bilang juga nyari tau, sebab urusan orang. Tapi benar2 ga tau, kemana itu. Maksudnya, ga tau keuntungan itu disalurkan kemana. Adapun kalo saya, ga usah saya bilang lah. Liat saja gerakan saya buat apa.
Yuk bangun, mikir, gerak. Gabung. Berjamaah. Toh jika mo buka bisnis ini, tetap ada investasi. Sekalipun itu dijalankan secara konvensional. Ga beda dengan PayTren. Ketika kemudian ambil lebih dari 1 peluang usaha di PayTren, itu anggap saja sekalian buka cabang di beberapa tempat konvensional.
Hanya yang mengerti, yang akan ikut. Tapi yang ga ngerti, mikir aja soal biaya admin dan ongkos, serta energi ketika bayar macem2.
Mohon doa untuk PayTren. Segala kekurangan, akan kami terus tingkatkan. Terutama di pelayanan dan teknologi. Ga ikutpun, bantu doa ya.
Buat yang anggep ini ustadz hanya bisnis doangan, he he. Open your mata aja. Move on your jempol. Stalking TL, ha ha ha.
Ditunggu kehadirannya buat ikut FREE seminar kagak bayar. +selamat mengikuti SekolahBisnisOnline yang kagak bayar juga.
Salam
Yusuf Mansur
cp: 085736673456
pin bbm: 25c64a43
Semua orang insyaa Allah bayar listrik dan pulsa, juga bayar2 yang lain. Saat bayar, keluar biaya admin, ongkos, dll. Jumlahnya ga sedikit. Apalagi berlangsung seumur hidup. Jika dikalikan jumlah biaya admin dan ongkos, fantastis untuk kebutuhan bayar listrik dan pulsa hp.
Kalangan perbankan, minimarket2, peritel2, dan pelayan konvensional jasa pembayaran2 ini, benar2 banyak. Mereka menawarkan kemudahan dan hadiah2. Saya melihat peluang ini. Bagaimana kemudian pengeluaran jadi sumber pendapatan. Yang tadi nya cuma admin. Sekarang jadi peluang. Sebab ada cashbacknya.
kalo anda tidak melakukan pembayaran2 di atas maka saya sarankan jangan ikut paytren, tapi kalo anda sama dengan saya dan 500.000 orang lainnya maka pilihan anda untuk bergabung dengan paytren tidak salah.
Saya justru menshare keuntungan yang saya dapat dari fee transaksi. Sehingga ibu2 rumah tangga, dan seluruh pemakai listrik dan pulsa hp bisa dapat cashback, di stiap transaksinya. Pake aja Yahoo Mesenger/sms gratis. Buat apa? Buat melakukan transaksinya. Sekalian jadi bisnis rumahan, atau kelasan, atau kampusan, bagi pelajar dan mahasiswa.
Setiap ada peluang, pelajari dulu, dengan hati adem, pikiran tenang. Sehingga ga ada su-udzdzannya.
Pendaftaran jadi anggota PayTren (dulu VSI), untuk bisa menjalankan bisnis ini, baik untuk dirinya sendiri (buat pembayaran2 dia sendiri), ato untuk orang lain, 275rb (dulu tahun 2013 & 2014. Skrg 350rb berlaku seumur hidup & bisa diwariskan).
Dari pendaftaran itu, anggap aja sewa kios, beli meja, buat gaji orang dll, jadi ga ada. Sebab untuk buka pembayaran loket dan pulsa, itu mahal. Dengan PayTren, jadi murah. Dan yang dibeli itu, ya wajar. Kesempatan investasi dan usaha, +jadiin biaya2 jadi murah. Termasuk start-up bisnisnya.
Kepada istri saya, saya simulasiin, walopun PayTren ini dipakai sendiri, ga ngerekrut anggota lain, udah untung banget.
Biaya admin itu, sebab transaksinya banyak, dan seumur hidup, maka feenya juga jadi gila2an. Belum lagi ongkos dan waktu. Dengan PayTren, alhamdulillaah, semua bisa dilakukan hanya lewat gadget/hp, dari hp terjadul, apalagi hp terbaru.
Fee transaksi, malah diolah jadi cashback dan bonus2. Kalo lewat perbankan, minimarket2, kios2 konvensional, ga ada cashback itu.
Kalo bayarnya bukan lewat PayTren, lewat ATM, bank2, minimarket2, baik bayar listrik/pulsa hp, dapatnya 2M. Apa itu? Makasih Mas. Ato Makasih Mbak. Tapi lewat PayTren, dapat cashback dll.
Demikian penjelasan singkat saya. Selebihnya ya pelajari. Supaya peluang bisnis di bidang fee transaksi ini, ikut dinikmati bersama. Sayang, triliunan rupiah diincar orang, tanpa ada cashback. Sungguh ini malah beda. Jadi ada cashback. Pro kontra biasa. Maju aja. Buktiin.
Maaf, jika sekali2 nyelang buat bisnis. Mohon ridhonya. Mudah2an pada sadar, bahwa saya pengen semua maju dan dapat peluang ini. Dengan jalanin bareng.
Jika kemudian dihitung saya dapat untung, ya saya kira wajar aja. Namanya juga usaha. Masa ga nyari untung. Tapi jika sodara ngasih keuntungan dari ngasih free transaksi ke yg lain, ridho. Giliran ngasih saya, ngamuk2, he he he.
Padahal ketika yang lain, dikasih keuntungan dari fee transaksi, ga bagi2. Saya? PayTren? Bagi2. Hemat ongkos pula. Sebab pake hp/gadget sendiri.
Ketika ngasih keuntungan buat "yang lain", sodara malah ga tau, dan ga bilang juga nyari tau, sebab urusan orang. Tapi benar2 ga tau, kemana itu. Maksudnya, ga tau keuntungan itu disalurkan kemana. Adapun kalo saya, ga usah saya bilang lah. Liat saja gerakan saya buat apa.
Yuk bangun, mikir, gerak. Gabung. Berjamaah. Toh jika mo buka bisnis ini, tetap ada investasi. Sekalipun itu dijalankan secara konvensional. Ga beda dengan PayTren. Ketika kemudian ambil lebih dari 1 peluang usaha di PayTren, itu anggap saja sekalian buka cabang di beberapa tempat konvensional.
Hanya yang mengerti, yang akan ikut. Tapi yang ga ngerti, mikir aja soal biaya admin dan ongkos, serta energi ketika bayar macem2.
Mohon doa untuk PayTren. Segala kekurangan, akan kami terus tingkatkan. Terutama di pelayanan dan teknologi. Ga ikutpun, bantu doa ya.
Buat yang anggep ini ustadz hanya bisnis doangan, he he. Open your mata aja. Move on your jempol. Stalking TL, ha ha ha.
Ditunggu kehadirannya buat ikut FREE seminar kagak bayar. +selamat mengikuti SekolahBisnisOnline yang kagak bayar juga.
Salam
Yusuf Mansur
cp: 085736673456
pin bbm: 25c64a43
Pemahaman tentang PayTren (dulu VSI) Bag. I
PayTren bukan money game. Gabung sekarang sebelum terlambat. Ga usah maki2, mencibir, do your best aja. Fee buat saya itu, yang saya bikin berjenjang.
Saya mah ga terlalu rela bisnis payment dikuasai segelintir orang aja atau segelintir perusahaan.
Dari arah grogol, ke arah semanggi, ada bilboard gede banget, iklan dari 1 perusahaan ritel. Yang outletnya di atas 7rb-an.
Mereka bukan lagi ngiklanin produk2 outletnya. Sama sekali engga. Yg diiklanin adalah mereka siap nerima pembayaran apapun dari kita.
Dulu 2 brand yang outletnya mencapai 14rb-an, "malu2" menyatakan nerima pembayaran apapun. Hanya ditempel kertas saja di depan pintu mereka.
Sekarang malah saya sempat liat mereka pasang iklan rutin, saban hari di koran besar, koran nasional, iklan yang dah ga malu2 lagi.
Apa yang diiklanin? Ya itu, mereka siap jadi tempat pembayaran listrik, pulsa, air, tiket kereta, bus, pesawat, dll.
Dapat apa mereka? Koq mau ngurus pembayaran2 kawan2? Dapat fee.
Nah, saya juga urus ini. Outlet saya, adalah sodara/i semua. Ga usah marah. Harusnya seneng. Ada orang yang paham bisnis ini, malah membagi kesempatan.
Dulu orang beli pulsa ke outlet pulsa, yang untung hanya perusahaan pulsa dan outlet. Sekarang, yang beli pun untung. Ada cashback.
Lebih baik pelajari dulu, baru ambil kesimpulan. Jangan nyamain dengan money game, apalagi MLM tipu2. Jangan kelewatan ah jadi orang. Ga baik.
Di PayTren, kalo pun ga nyari member, pake aja sendiri. Wong jualan loket token PLN, pulsa, dan pembayaran2. +jualan habbats+propolis.
Nyari member, gabung di PayTren, ibarat buka loket2 di banyak tempat. Hanya tidak berbentuk fisik. Bentuknya software. Cukup pake gadget aja.
Mahasiswa mau jual pulsa di kampus, dulu ya harus sewa kios, pasang meja, dll. Sekarang ga perlu. Pake gadget di tangan saja.
Dia dah buka di kampus dia, mau buka di kampus lain, sewa lagi, pasang meja lagi. Dengan PayTren, ga usah. Ajak gabung aja kawan di kampus lain.
Liat iklan bank2. Banyak yang tidak lagi mengiklankan nyari nasabah/tambah saldo. Tapi tingkatkan transaksi Anda.
Selain industri ritel, dunia perbankan pun mendorong sodara/i semua melakukan transaksi di bank mereka. Lah, emang ga nyium peluang?
Kalo saya, nyium banget. Koq mereka mau ya jadi loket pembayaran? Koq mereka ngejar transaksi2 pembayaran listrik, pulsa, dll?
Itu tanda pasti ada bisnis super besar di balik bisnis transaksi2 pembayaran. Masa rela mereka doangan? Apalagi per tahun, 350T.
Masa ga mau ikutan PayTren? Fee mereka ya buat mereka sendiri, dengan jaringannya. Kalo saya, saya bagi buat yang mau jadi jaringan saya.
Saya mikirnya Merah Putih aja. Bagi saya, MLM ga harus selalu negatif. Yang negatif, yang tipu2. Yang ga jelas.
Saya kebanyakan gerakannya ya? Kebanyakan aktifitasnya? Kayaknya ga. Bisa jadi kawan2 yang kebanyakan diemnya. Ga mikir2, ga gerak2. *kali loh ya.
Saya mikir terus, gerak terus. Sebentar lagi masuk di industri travel dan asuransi. Pelan2 semua dibesarkan. Besarnya? bareng dengan sodara/i semua.
Saya ga pengen besar sendiri. Pengennya ngajak yang lain. Jadi kata siapa MLM itu identik dengan money game? Pelajari dulu, dan malah gabung aja.
Coba ya, 1 bank bisa ngejanjiin ngasih range rover, mercy, trip keluar negeri, dll. Bagi siapa? Bagi mereka yang mau transaksinya pake mereka.
Bahkan ada 1 bank besar, yang nancepin dirinya di iPhone. Keren. Tapi kitanya ga keren. Giliran ada anak bangsa yang berbagi, dicurigain terus.
Kenapa mereka bisa ngejanjiin hadiah gede2 begitu? Sebab emang gede. 1 PPOB konvensional aja, punya kawan saya, setor ke 1 bank, 1T/tahun.
Sampe kapan bisnis ini bisnis itu, setoran kita selalu ke segelintir orang. Bangun dong ah. Mikir. Gerak. Open mata, open telinga. OpenMind.
Distribusi buku, dikuasai siapa? Kawan2 tau sendiri. Fee nya buat siapa? Buat mereka lah. Bahkan ketika kawan2 mereferensikan, dapat ga? Engga.
Jangan kan ngereferensiin, sampe nemenin ke toko buku pun, ga bakalan dapat fee apa2. Itulah penjualan konvensional. Tapi di MLM engga gitu.
Terhadap MLM tepu2, saya 1 suara. Hindari. Tapi terhadap PayTren, PayTren the best MLM saat ini. Normal, wajar, ga ada transaksi yang di-up, dan peluang bareng2.
Kalo buku di MLM-in, maka fee buat toko buku yang sampe 50% dari harga buku+biaya distribusi, itu yang dibagi ke member2.
Hadiah2 range rover, mobil2 lain, rumah, trip ke LN, kalo di PayTren, jadi reward. Ini bukan sama. Ini hebat. Fee saya, dibagi ke banyak orang.
Bisa ga sih saya buka loket2 konvensional, di seluruh kota? Melayani pembayaran2 listrik, pulsa, dan pembayaran2 lain? Bisa banget. Tapi saya ga begini.
Saya ga mau kaya sendirian. Sama ketika saya bangun hotel. Kalo saya minjem ke bank, ya saya doang yang jadi pengusaha. Penabung tetap penabung.
Saya muncul di saat yang tepat sebenarnya. Tepat pas kawan2 curigaan, he he he. Ga ya? Tepat di saat banyak yang rindu ada yang berdiri ga egois.
Fee referensi itu harus ada. Bayangkan saja membangun outlet2. Itu kan cost yang dipotong. Makanya open-mind. Pelajari yang benar.
Tapi ya saya ga maksa. Bahkan kalau pun dicaci maki, dituding begini begitu, sejarah dan waktu nanti akan membuktikan.
Jika sebagian kecil akan melihat kehancuran saya, berdoa melalui keyakinannya yang jelek, saya yakin sebagiannya lagi ga begitu.
Kayak yang ikut PU dulu. Mereka kelak akan benar2 menikmati Patungannya. Sekarang emang masih terus disempurnakan sesuai dengan keinginan OJK.
Tapi sekali jalan benar, sesuai regulasi, saya akan membuktikan bahwa konglomerasinya, bukan pribadi. Tapi konglomerasi masyarakat. You will see.
Tetap harus hati2 sama MLM. Itu wajar. Bahkan kudu. Tapi sekali lagi, PayTren itu beda. Learn it, 'n gabung it, he he he.
Bagi yang menganggap tweet ini jadi tweet bisnis, agaknya perlu mengenal saya lebih jauh. Saya dah bilang, kalo emang mau bisnis, konvensional aja.
Saya jadi bank saja, jadi outlet2 ritel saja, jadi pengusaha saja. Ini ga begitu. Beda. Banget2 beda.
Tweet dakwah, banyak juga koq. Bacanya aja yang rajin. Semalam aja ga ada sama sekali tweet bisnis. Tweet pintu. Pengalaman pribadi saya.
Harusnya nyaman. Tweetnya bukan tweet ngomongin orang. Tweet ngomongin bisnis. Ga suka pun ga dosa. Tapi kalo tweet ghibah? Dosa udah kepo.
Saya ga ngejelekin brand orang loh ya. Saya ngasih contoh. Saya ga sebut koq brandnya. Ngajar cara berpikir.
Outlet2 ritel hadir untuk membantu UKM. Nyatanya? Masih perlu dipertanyakan. Wong di antara mereka akhirnya bikin brand produk sendiri koq.
Ayo lah. Negeri ini dah kebanyakan dinikmati segelintir orang. Kita ga isengin orang. Hanya, ya jangan semua dong. Bangun, mikir, gerak.
Mau gabung PayTren? Klik www.paytren.co.id Selamat bergabung ya. Welcome 'n join us.
Keagresifan pebisnis ritel dan perbankan, kudu diapresiasi dan ditiru. Betapapun, itu adalah pengajaran riil dari "how to nangkep opportunities".
Kitanya aja yang jangan jadi the looser. Ngiri doang tanpa berbuat. Toh industri ritel yang 2 brand itu dah 14rb outlet, sisi baiknya: lap pekerjaan.
Dunia perbankan pun sisi positifnya, menawarkan kemudahan, dan kenyamanan. Maka, fastabiqul khairat lah. Berlomba2 dalam kebaikan.
Dikutip dari kultwit Ust. Yusuf Mansur (28/09/2013)
SEGERA PASANG POSISI
HP/WHATSAPP: 085736673456
PIN BBM: 25C64A43
Langganan:
Postingan (Atom)